Jumat, 31 Mei 2019

Aroli Ignatius Zai: Pemuda Katolik, Generasi Yang Hilang

Aroli Ignatius Zai
DEPOK - Banyak pemuda Katolik yang masih enggan bergereja, karena lebih sibuk dengan kegiatan-kegiatan di luar gereja, maka organisasi Pemuda Katolik bisa jadi wadah strategis menciptakan momentum baru untuk mengaktivasi pemuda Katolik di lingkup gereja.

Aroli Ignatius Zai, Ketua Komcab Pemuda Katolik Kota Depok, menandaskan bahwa gereja kehilangan dua generasi pemuda Katolik sejak 1998, ketika terjadi kekacauan politik hebat (political chaos). Pemuda Katolik nyaris tanpa aksi karena trauma pada situasi yang mencekam.

"Saya berusaha keluar dari zona itu, harus temukan ladang baru, situasi baru, dan beradaptasi dengan kondisi kekinian. Pasca reformasi, saya bergerak bersama teman-teman, berkonsolidasi, dan meningkatkan pemahaman, sehingga bisa berubah dan mengikuti jaman (perkembangan sosial, politik, agama)," ujar Zai dalam sebuah pertemuan dengan Redaksi Sant Ercolano belum lama ini.

Faktanya, menurut Zai, banyak pemuda Katolik sekarang ini berkreatifitas tinggi namun tidak berterima di gereja. "Ini yang membawa saya kepada satu perenungan (tanggung jawab moril), bagaimana mengantar anak-anak muda untuk kembali ke lingkup gereja."

Tentu butuh sistem, kata Zai, agar anak-anak muda bernama Katolik dan menyandang gelar Katolik bisa bergerak di setiap lini. "Secara hukum fisika, akan terjadi pecahan dan dia akan menggelegar ketika memomentu itu terjadi."

Namun, lanjut Zai, cara untuk menciptakan momentum, setiap organisasi yang memakai nama Katolik harus bersinergi dengan gereja. Meski Pemuda Katolik sebagai sebuah organisasi tidak bekerja berlandaskan parokial. "Apa yang kami kerjakan secara delegasi, struktural, bagi teman-teman pemuda Katolik, lebih fokus pada koordinasi sehingga bisa melihat potensi-potensi di setiap paroki."

Tantangan Pemuda Katolik sebagai sebuah organisasi tentu membangun pemahaman yang jernih dan lebih baik, dan mencari langkah-langkah strategis, karena peran utama pemuda Katolik adalah mendukung gereja dan masa depan gereja (pro ecclesia et patria).

Mungkin masih banyak pemuda Katolik yang punya historis tidak menyenangkan, alami luka batin, maka mereka tidak bergereja lagi. Organisasi Pemuda Katolik harus bisa membentuk kembali jati diri pemuda Katolik, meski mungkin hanya mengisi setitik kosong dalam selembar kertas bernama Katolik itu.

Ingat, banyak pemuda milenial sekarang ini memilih tidak beragama, sebagian telah berpetualangan dengan pindah dari satu agama ke agama lain, tapi tidak satu pun agama dinilai cocok bagi dirinya.

Mulai muncul komunitas agnostik, percaya pada Tuhan tapi tidak mengakui agama, fenomena baru setelah atheis dan Pantheis (tidak ada Tuhan tapi ada Ketuhanan).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar