Minggu, 15 Oktober 2017

Pesta Nikah, Pestanya Orang Farisi


DEPOK - Pesta nikah, juga pesta-pesta lainnya, adalah ajang makan bersama yang dirayakan tuan pesta. Umumnya, tuan pesta hanya mengundang orang-orang tertentu saja. Sementara para undangan tadi, selain merasa terhormat, menghadiri pesta adalah ajang untuk pamer diri, termasuk pamer pakaian, pamer kemewahaan.

Sebagai undangan terhormat, dan mendapat tempat duduk paling depan atau khusus (VIP = very important person), para undangan pun biasanya menyiapkan kado paling istimewa bagi tuan pesta atau sang yubilaris.

RD Aloysius Tri Hardjono, pastor Paroki Herkulanus Depok, Jawa Barat, dalam kotbah Misa hari ini banyak bercerita tentang naasnya nasib seorang raja, sebagaimana dilukiskan oleh Matius (22:1-4).

Nara sumber cerita ini adalah Yesus sendiri, yang mengatakan pengalaman seorang raja harus dua kali mengundang orang-orang terdekatnya, orang-orang yang dia hormati, untuk hadiri pesta pernikahan anaknya.

Meski dua kali mengundang, tak satupun undangan yang mau datang ke pesta perjamuan nikah anaknya. Beberapa undangan mengirim pesan tak bisa datang ke pesta karena capek / lelah.

Perjamuan telah siap, pesta tak bisa ditunda lagi, raja itu lalu perintahkan pegawai-pegawainya untuk mengundang siapa saja yang mereka jumpai di jalan. Maka hadirlah begitu banyak orang-orang biasa dari jalanan itu di pesta pernikahan anak sang raja.

RD Aloysius Tri Hardjono menjelaskan jika cerita Yesus ini adalah sebuah perumpamaan. Bahwa “Kerajaan Surga seumpama seorang raja yang mengadakan perjamuan nikah untuk anaknya.

Yesus, demikian Romo Tri, adalah raja yang merayakan pesta pernikahan anaknya itu, dan undangan yang dikirim itu dialamatkan pada kaum farisi. Maka mereka (kaum farisi) memilih tak mau hadir, karena mereka menolak Yesus sebagai Raja.

Hari ini umat Paroki Herkulanus Depok merayakan pesta makan bersama, bukan pesta pernikahan, tapi hanya acara makan bersama menyambut Hari Pangan Dunia besok, 16 Oktober 2017.

Duabelas lingkungan berlomba menyuguhkan tumpeng tanpa beras, sementara Lingkungan Anselmus dari Canterbury menghipnotis umat saat perayaan misa dengan lagu-lagu koor yang indah dan bersemangat.

Agung Nugraha, Ketua Lingkungan Anselmus, lingkungan baru yang mekar dari lingkungan Albertus Magnus, mengaku sangat bangga dengan penampilan koor warga Anselmus hari ini.

"Lingkungan saya bulan lalu intens berkumpul untuk kegiatan Bulan Kitab Suci Nasional, dan kami bahas hal Kerbersamaan dan Saling Berbagi. Kami lakukan ziarah ke Gua Kanada, Rangkas Bitung dan rekreasi bersama. Perjumpaan-perjumpaan ini buat kami semakin guyub sambil saling meneguhkan iman satu dan lainnya. Penampilan koor yang semakin memukau tentu berkat semangat guyub yang kami bangun bersama selama ini," ujarnya.


JUARA LOMBA TUMPENG:

Juara 1 = Lingkungan Santa Imelda
Juara 2 = Lingkungan Santa Isabela
Juara 3 = Lingkungan Petrus Kanisius




Tidak ada komentar:

Posting Komentar